Koyo Ngene Rasane - Rasane Koyo Ngene - Ngene Rasane Koyo

Saturday, December 23, 2006

Benarkah Nama Julukan lebih mengakrabkan perkawanan?

Benarkah Nama Julukan lebih mengakrabkan perkawanan?

Pernahkah anda tidak marah ketika misalnya nama anda Widodo, tetapi kawan-kawan akrab anda memanggil anda dengan Gendon? Atau misalnya kita sedang kumpul dengan kawan kawan kita, dan kita tahu persis nama-nama mereka, tetapi ada orang yang memanggil kawan kita tadi tidak menggunakan nama yang bersangkutan, tetapi kawan kita tadi langsung meresponnya. Misal kawan kita namanya Eko, dipanggil orang lain dengan menyebut Kowol, dan dia langsung menjawab atau bereaksi tanda kenal? Itu pula yang sejak kecil hingga kini saya dapati, dimanapun, kapanpun dan entah, mungkin sampai akhir hayat nanti.

Saat saya sekolah di SD, kawan kawan saya memanggil saya dengan NANG NOLIT, nama asli saya Ganang. Mungkin ini didasari oleh adanya lagu mainan/ lokal kala itu saat kecil yang seperti ini: " Nang Nolit Jenang Abang Keno di Dulit"...tapi saya menerimanya meski terkadang jengkel juga dijuluki demikian. Saya pun memberlakukan panggilan julukan kepada kawan kawan saya. Achmad Aris Tontowi, Aris Fatoni, Dwi Maryanto, Suwito, Hartono,Yulianto,Yuni,adalah sebagian nama kawan akrab saya ketika itu.

Achmad Arie Tontowi, diantara perkawanan saya dipanggilnya dengan Beton Ireng. Jelas ini merujuk pada : Beton (bhs jawa artinya : biji nangka) dari Tontowi-nya dan Ireng (bhs Jawa artinya Hitam). Memang demikian adanya, kawan saya Tontowi ini diantara perkawanan saya dia berkulit hitam...Haha,entahlah khabar terakhir Tontowi tinggal di Lampung, sebagai Dosen di sebuah Perguruan Tinggi,dan hampir 15 tahun saya tidak jumpa dengannya.

Aris Fatoni, dipanggilnya Manolet. Entah ini rujukannya dari mana, yang jelas kala itu Aris type anak yang nylolet (bhs Jawa : menggemaskan, terkadang menjengkelkan). Terakhir saya jumpa dengannya setahun yang lalu, masih tinggal satu kecamatan dengan orang tua saya. Manolet membuka usaha bengkel sepeda motor, dan hebatnya label bengkelnya adalah : MMC, Manolet Motor Racing. Edan tenan....

Dwi Maryanto, perawakannya kecil, pendek, dan kalem. seingats aya, dia dijuluki Bathok (bhs Jawa artinya : Tempurung Kelapa). Terkadang panjangnya Sluku-Sluku Bathok.

Suwito, kawan saya ini kala itu termasuk yang berbadan tegak, dan besar. Wito dijulukinya Cenil. Cenil adalah sejenis jajan pasar, terbuat dari tepung kanji, diwarnai merah,putih dan ditaburi parutan kelapa, dikucuri juruh/ gula kelapa cair yang dimasak. Kenyataannya memang ini agak nyambung, Ibunya Wito, memang dagang Cenil...haha..

Hartono, tinggi, langsing, cenderung kemayu. Kini membuka usaha salon dan potong rambut. entah dia sudah married belum? Terakhir saya jumpa dengannya tiga tahun lalu di salonnya, dan saya sempat potong rambut gratis, setelah hampir 12 tahun tidak ketemu. Hartono, saya dan kawan kawan dulu memanggilnya Penceng (bhs Jawa artinya : tidak lurus) atau tidak simetris. Ini mungkin merujuk kepada bentuk kepala Hartono yang memang tidak simetris..alias Penceng...

Yulianto, perawakannya kecil, tinggi, ketawanya lebar. Dipanggilnya nDotho...aneh bin ajaib. Saya tiak mengerti darimana rujkukannya. Hanya memang menurut saya dan kawan-kawan cocoknya memang nDotho.

Yuni, saya lupa nama panjangnya. Hanya kala itu dipanggilnya Limbhok. Mungkin karena dia gemuk seperti tokoh wayang sederajat dengan Semar, yaitu Limbhok....

Dipercaya atau tidak, pada kenyataanya setiap orang pasti akan memiliki kenangan akan hal hal demikian. terkadang geli, jengkel, tapi jadi ingat masa lalu. Bagi saya julukan itu jadi berubah ketika SMP/ SMA. Jelas nama saya Ganang, nama julukan saya KOBONG (bhs Jawa artinya : Terbakar). Faktanya memang saya pernah terbakar bagian muka saat itu.

Ada juga tren lain kala itu. Di SMA saya juga sering dijuluki YAT. Kependekan nama Kakiyat, nama ayah saya. Sayapun juga memakai nama orang tuanya, untuk memanggil nama kawan-kawan saya. Ada Akrom untuk Faisol, ada Sih untuk Indra, ada Katimun untuk Indra Wibowo, yang lainnya sudah lupa.

Kinipun demikian, saat di Bandung ini saya dapat julukan lainnya. Diantaranya Cuk &Si Jawa. Nah, kali ini, beberapa kawan dekat, senior sekaligus kawan seprofesi akan saya coba kuliti satu persatu.

<< Sonjaya Akbar namanya. Julukannya Broer. Pria asal Palimanan Cirebon ini sudah lebih dari 20 tahun bekerja di duni Radio Siaran. Melanglang buana ke berbagai radio. Kini Siaran di B RADIO 95.6 FM Bandung. Mungkin, karena hobinya nyanyi lagu Broery Marantika, maka dijuluki Broer.

Witarsa Wattarman >>

Witarsa Wattarman. Dipanggilnya Muit. Perawakannya tingi, langsing, kuning, aslinya dari Cilegon. Selain aktif menjadi broadcaster juga jadi dosen di sebuah PTS di Bandung. Julukannya Muit. Saking dekatnya, saya menganggapnya kakak. Dua kali Mas Muit berkunjung ke Singapura, terakhir saat mengunjungi Pameran Broadcast.

Erwienn Permadhie. Saya menjulukinya Londo Godhong. Memang, pada diri Kang Erwienn mengalir darah Belanda dari alm.ibundanya. Tetapi kawan kawan, memanggilnya dengan Bubhut.Dari mana ya rujukannya...

Vidya Imbar. Dipanggilnya NgeDhop. Ini julukan yang di berikan oleh Sonjaya Akbar. Kini aktif mengajar di Sebuah SMK di Sukabumi, tentu jurusan Broadcast. Dengar-dengar menjadi GM sebuah Radio di sana. Kecil, langsing, dan pakar IT.

Benny Warsita. Saya biasa menjulukinya dengan mBlung...? Ganteng, tinggi, pokoknya keren orangnya. Cuman, agak temprament sedang ke tinggi sedikit.

Bagimanapun, panggilan julukan rasanya lebih mengakrabkan perkawanan.Benarkah? Yang jelas bagi saya demikian adanya. Bagimana dengan perkawanan anda?....

No comments: